Gak Percuma Jadi Pegawai di Statistik
Aku kenalin saja, namanya Pak Edi, pegawai di Dept Statistika IPB yang juga merangkap jadi sopir kalau ada tugas kemana-mana terutama di Jakarta dan sekitarnya, setelah sebelumnya jadi sopir pribadi Prof Barizi.
Kebetulan bulan kemarin aku kebagian dapat pendamping Pak Edi untuk acara lima hari di Jakarta. Berangkat pagi dari kampus dan pulang lagi sampe di Bogor sekitar jam 8 malam.
Di hari ketiga bertugasnya, ketika mau jalan keluar kampus, Pak Edi bilang, "Bentar lagi ketemu bis Agramas di lampu merah depan". Dan ternyata benar. Beliau bilang, jam berangkat kita tiga hari ini hampir sama, selisih 3-5 menit saja. Jadi pasti sama dengan jam berangkatnya bis tersebut. Rupanya Pak Edi mengingat bahwa di dua hari sebelumnya selalu ada di samping bis ini kalau lagi kena lampu merah di depan kampus.
Gak percuma memang Pak Edi ada di statistik dari jaman dulu. Barangkali ketika mendampingi jadi sopir Prof Barizi sejak tahun 1991 banyak dapat wejangan berbau statistik.
Kebetulan bulan kemarin aku kebagian dapat pendamping Pak Edi untuk acara lima hari di Jakarta. Berangkat pagi dari kampus dan pulang lagi sampe di Bogor sekitar jam 8 malam.
Di hari ketiga bertugasnya, ketika mau jalan keluar kampus, Pak Edi bilang, "Bentar lagi ketemu bis Agramas di lampu merah depan". Dan ternyata benar. Beliau bilang, jam berangkat kita tiga hari ini hampir sama, selisih 3-5 menit saja. Jadi pasti sama dengan jam berangkatnya bis tersebut. Rupanya Pak Edi mengingat bahwa di dua hari sebelumnya selalu ada di samping bis ini kalau lagi kena lampu merah di depan kampus.
Gak percuma memang Pak Edi ada di statistik dari jaman dulu. Barangkali ketika mendampingi jadi sopir Prof Barizi sejak tahun 1991 banyak dapat wejangan berbau statistik.