Metode pengukurannya bagaimana?
Kemarin sore, hari pertama ramadhan 1428 H. Jangan sampe pulang kemaleman, biar bisa buka puasa pertama bareng-bareng di rumah. Sambil nunggu maghrib, jalan-jalan bentar sama Gilang keliling blok. Habis lewat perempatan pertama, dia nanya. "Kok temboknya tinggi amat Pak? Yang ini kok pendek", sambil nunjuk tembok samping rumah tetangga.
"Oh, itu rumahnya dua lantai Le".
"Kalau rumah Gilang, lantainya ada berapa", lanjut lagi pertanyaannya.
"Cuma satu". Stop. Jalan lagi. Ganti topik lagi.
Lima belas menit udah sampe lagi di rumah. Gak bisa lama-lama, soalnya mendung kayaknya mau berganti hujan.
Baru sampai rumah, "Pak, ini kan lantai, terus yang di kamar gilang itu kan juga lantai. Jadi rumah Gilang lantainya ada dua Pak". Walah... Gimana mau ngomongnya?
Satu atau dua itu kan nilai/level dari sebuah variabel. Memang yang harus didefinisikan ya bagaimana menentukan level itu. Ini bicara metode pengukuran.
Lebih runyam lagi kalau nanti dia bisa baca spanduk iklan ruko di sekitar Jalan Baru Kemang. Terpampang besar bertuliskan "DIJUAL. RUKO 3 1/2 LANTAI".
Terus kemarin ada temen yang cerita, pas ada gempa Sumatera dia berada di Lantai 24 gedung kantornya. Tapi buru-buru meralat, "Sebenernya sih lantai 23, wong lantai 13-nya gak ada".
"Oh, itu rumahnya dua lantai Le".
"Kalau rumah Gilang, lantainya ada berapa", lanjut lagi pertanyaannya.
"Cuma satu". Stop. Jalan lagi. Ganti topik lagi.
Lima belas menit udah sampe lagi di rumah. Gak bisa lama-lama, soalnya mendung kayaknya mau berganti hujan.
Baru sampai rumah, "Pak, ini kan lantai, terus yang di kamar gilang itu kan juga lantai. Jadi rumah Gilang lantainya ada dua Pak". Walah... Gimana mau ngomongnya?
Satu atau dua itu kan nilai/level dari sebuah variabel. Memang yang harus didefinisikan ya bagaimana menentukan level itu. Ini bicara metode pengukuran.
Lebih runyam lagi kalau nanti dia bisa baca spanduk iklan ruko di sekitar Jalan Baru Kemang. Terpampang besar bertuliskan "DIJUAL. RUKO 3 1/2 LANTAI".
Terus kemarin ada temen yang cerita, pas ada gempa Sumatera dia berada di Lantai 24 gedung kantornya. Tapi buru-buru meralat, "Sebenernya sih lantai 23, wong lantai 13-nya gak ada".
1 Comments:
Coba kalo kata "lantai" diganti dengan "tingkat", pasti Gilang gak bakalan salah pengertian :)
- jenny -
By Anonymous, At 1:20 PM
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home