sekedar pet crepet

Tuesday, March 27, 2007

Gak Percuma Jadi Pegawai di Statistik

Aku kenalin saja, namanya Pak Edi, pegawai di Dept Statistika IPB yang juga merangkap jadi sopir kalau ada tugas kemana-mana terutama di Jakarta dan sekitarnya, setelah sebelumnya jadi sopir pribadi Prof Barizi.

Kebetulan bulan kemarin aku kebagian dapat pendamping Pak Edi untuk acara lima hari di Jakarta. Berangkat pagi dari kampus dan pulang lagi sampe di Bogor sekitar jam 8 malam.

Di hari ketiga bertugasnya, ketika mau jalan keluar kampus, Pak Edi bilang, "Bentar lagi ketemu bis Agramas di lampu merah depan". Dan ternyata benar. Beliau bilang, jam berangkat kita tiga hari ini hampir sama, selisih 3-5 menit saja. Jadi pasti sama dengan jam berangkatnya bis tersebut. Rupanya Pak Edi mengingat bahwa di dua hari sebelumnya selalu ada di samping bis ini kalau lagi kena lampu merah di depan kampus.

Gak percuma memang Pak Edi ada di statistik dari jaman dulu. Barangkali ketika mendampingi jadi sopir Prof Barizi sejak tahun 1991 banyak dapat wejangan berbau statistik.

Tuesday, March 20, 2007

Konsumsi alkohol kunci pembangunan manusia?

Apa benar kalau negara ini maju, maka konsumsi alkohol musti naik? Ceritanya begini. Mumpung lagi gak dikejar deadline apapun, aku coba iseng-iseng buka www.nationmaster.com, salah satu web yang aku sampaikan ke mahasiswa untuk jadi rujukan kalau nyari data level negara.

Beberapa data aku copy dan hitung korelasi antar variabel. Ada hal yang cukup mengagetkan juga. Salah satu variabel yang aku libatkan adalah HDI (human development index, indeks pembangunan manusia, IPM). Apa hasilnya?
1. Korelasi antara HDI dengan tingkat konsumsi fruit-juice: 0.0501 (18 negara)
2. Korelasi antara HDI dengan tingkat konsumsi soft-drink: 0.3702 (18 negara)
3. Korelasi antara HDI dengan tingkat konsumsi alkohol: 0.4389 (30 negara)

Ternyata dari tiga jenis minuman, yang korelasinya paling kuat dengan HDI adalah minuman beralkohol. Apa ini artinya? I'll let you have your own comment.

Friday, March 16, 2007

Nebak jenis kelamin anak

Teknologi maju saat ini memungkinkan pasangan suami-istri ngintip apa jenis kelamin janin yang dikandung sang istri. Paling tidak kalau udah tahu, persiapannya bisa lebih pas. Begitu katanya. Gak salah pilih warna popok, gak salah tema dinding kamar bayi, dan sebagainya.

Hal serupa tidak dapat dilakukan di jaman nenek-kakek atau bapak-ibu kita. Sehingga muncullah berbagai 'primbon' untuk menebak jenis kelamin. Mulai dari bentuk perut si ibu, tingkah laku bapak, gaya pakaian bapak/ibu, dsb-dsb. Pokoknya macem-macem lah. Sampe ada yang buat semacam look-up table yang menghubungkan waktu+gejala dengan jenis kelamin. Malah ada juga skripsi sarjana statistika IPB yang ngangkat tema ini.

Ngomong-ngomong masalah ini, satu-dua bulan lalu ada temen yang istrinya lagi hamil. Sebut saja sang temen itu si Eko (sengaja disamarkan, :) ). Gak tahu ujung pangkalnya, dia minta aku nunjukin foto istriku pas lagi hamil. Dengan nada meyakinkan dia bilang kalau istrinya kondisinya sama dengan yang dialami istriku. Pokoknya ciri-cirinya sama, mulai dari perubahan ukuran pipi, perubahan wajah, dll. Ujungnya dia bilang, anakku should be laki-laki. Paling nggak itulah output dari model diskriminan yang dia buat.

Eh, kemarin dapat email dari temen lain kalau istrinya eko baru ngelahirin anak perempuan. Aku mau bilang ke Eko (yang juga sarjana statistika) kalau dia udah balik ke Bogor, 'Gak percaya sama mesin USG dokter Kotabumi sih'.

Monday, March 05, 2007

Uang Gajian atau Uang Arisan

Hari Minggu sore kemarin, istriku berangkat arisan. Sebelumnya terjadi perbincangan gara-gara istriku nanya kenapa pada hari Kamis atau Jumat sebelumnya aku gak ngambil uang gajian di kampus padahal persediaan sudah menipis :( .

Dalam hati aku ingin bilang, mudah-mudahan saja dapat arisan hari ini. Jadi bisa buat belanja Senin paginya. Tapi gak sampe keluar kalimat itu, soalnya pakai hitungan cepat kayaknya peluang dapat arisan tidak cukup besar. Bayanganku sih karena masih ada 8 kocokan lagi.

Kali aja ada yang bisa bantuin ngitung. Yang ikut arisan 50 orang, setiap kocokan dikeluarin 5 nama. Minggu ini adalah kocokan ke-3. Jadi berapa tuh peluang istriku dapat pada kocokan kali ini.

Coba kita lanjutkan kalau pakai hitung-hitungan kombinatorika. Karena udah dua kali kocokan, berarti sudah ada 10 nama yang keluar atau sisa 40 nama. Banyaknya kemungkinan nama yang muncul pada minggu ini adalah C(40,5), kombinasi 40 diambil 5, ada 658008 kemungkinan. Sedangkan kombinasi yang ada nama istriku adalah C(39,4), kombinasi 39 diambil 4, yaitu 82251. Jadi peluangnya 82251/658008 = 12.5%.

Dan benar juga, minggu malam aku masih di Jakarta dan harus dengar telpon "arisan gak dapet". Senin harus ngambil gaji di rektorat deh.

Thursday, March 01, 2007

Menulislah

Satu atau dua bulan terakhir ini, cukup sering membahas hal-hal yang sedikit banyak menyinggung kemampuan menulis. Termasuk juga kemauan untuk menulis. Alumni yang ke kampus cerita bagaimana dia harus mengembangkan kemampuan menulis untuk keberhasilan studinya, di milis juga dibahas topik ini, bahkan obrolan di Y!M dengan beberapa temen nyerempet hal yang serupa.

Demam menulis, alhamdulillah, juga sampai ke kampus statistika IPB. Paling tidak tahun ini lebih banyak mahasiswa yang mau ikut PPKM dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pak Ketua Departemen juga lagi sibuk memberikan motivasi menulis.

Sudah cukup banyak inspirasi yang seharusnya muncul jadi tulisan. Mudah-mudahan energi dan waktu mendukung untuk itu.

BRANT R. BURLESON dan KATHERINE E. ROWAN dari Purdue University menyatakan
"Our studies indicate, by theoretical and statistical considerations, no relationship between social-cognitive ability and rated quality of narrative essays (narrative writing skill).

Jadi, menulislah.